Waspadai Disrupsi Lapangan Kerja

Waspadai Disrupsi Lapangan Kerja
Oleh Tri Murti dan Abdul Aziz | Senin, 20 November 2017 | 15:27

JAKARTA– Pemerintah, kalangan pengusaha, dan dunia pendidikan harus segera mencari solusi untuk mencegah pemutusan hubungan kerja (PHK) massal akibat teknologi disruptif (disruptive technology) yang menjadi ciri utama revolusi industri ke-4.

PHK besar-besaran bakal terjadi jika para pemangku kepentingan gagal mengantisipasi masa transisi dari fase disrupsi lapangan kerja (job disruption) ke fase penciptaan lapangan kerja (job creation) dalam tahapan revolusi industri ke-4.

Indonesia rentan terkena dampak negatif teknologi disruptif karena negara ini baru menjalani revolusi industri ke-2 dan ke-3. Apalagi sekitar 80% SDM di Indonesia berpendidikan rendah. Saat ini, PHK akibat teknologi disruptif sudah terjadi secara sporadis di beberapa sektor.

Jika tidak diantisipasi, revolusi industri ke-4 bisa menyebabkan bangsa Indonesia tidak dapat menikmati bonus demografi. Bonus demografi yang seharusnya mendatangkan manfaat malah menjadi petaka karena penduduk usia produktif yang mendominasi populasi tidak mendapatkan lapangan pekerjaan.

Agar teknologi disruptif tidak memicu PHK massal, terutama di sektor-sektor industri padat karya, pemerintah harus menggalakkan program pendidikan vokasi (kejuruan) untuk mencetak para pekerja berkeahlian khusus, sehingga mereka bisa bekerja di sektor-sektor usaha yang mengalami disrupsi.

Pemerintah juga harus mengupayakan para pekerja yang terkena PHK menjadi entrepreneur di sektor-sektor informal yang berkualitas. Karena sekitar 97% bisnis di Indonesia berskala usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), para pebisnis UMKM harus didorong agar adaptif dan akomodatif terhadap teknologi disruptif.

Hal itu terungkap dalam wawancara Investor Daily dengan ekonom senior yang juga Ketua Yayasan Indonesia Forum Raden Pardede, Sekjen Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Haris Munandar, ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandhi, ekonom Universitas Indonesia (UI) Lana Soelistyaningsih, dan ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira. Mereka dihubungi secara terpisah di Jakarta, Sabtu (18/11). (bersambung)

Sumber berita : Investor Daily (http://id.beritasatu.com/home/waspadai-disrupsi-lapangan-kerja/168113)